Resensi Cerpen "Sesaat Sebelum Berangkat" Karya Puthut E.A.


Puthut EA adalah sastrawan sekaligus peneliti kebangsaan indonesia. Lahir di rembang, 28 maret 1977. Sejak SMP hingga sampai awal kuliah, ia rajin menulis geguritan di majalah Penjebar Semangat dan Jayabaya. Selain menulis cerita pendek dan novel, ia juga menulis naskah drama.

Cerita ini menggunakan sudut pandang si adik laki-laki dengan menggunakan kata Aku. Cerita ini diawali dengan adegan debat antara seorang perempuan dan laki-laki. Keduanya merupakan kakak beradik. Sang kakak perempuan sudah menikah dan mempunyai anak bernama Jendra. Sedangkan si adik laki-laki belum menikah. Si Aku datang ke rumah kakaknya dan tidak bertujuan untuk debat dengan kakaknya. Namun sang kakak terus memojokkan si Aku karena anaknya, Jendra kabur dari rumah dan menginap di rumah si Aku.

Si Aku menasehati agar kakaknya bisa membebaskan dan tidak memaksa Jendra melakukan sesuatu yang tidak disukainya. Sang kakak tidak terima dirinya dinasehati seperti itu, menurutnya keputusan terbaik ada ditangannya karena ia adalah ibu Jendra. Si Aku ingin menjelaskan bahwa Jendra kabur dari rumah karena tidak suka dipaksa ibunya melakukan hal yang tidak ia sukai, namun sang kakak tidak percaya akan hal itu. Ia percaya, anaknya mungkin ada masalah dan menuduh si Aku mengajari Jendra berani melawan ibunya. Si Aku menjelaskan bahwa Jendra ingin kursus bahasa prancis, kursus main drum, dan ingin pindah sekolah. Namun sang kakak lagi-lagi memutuskan bahwa Jendra boleh mengikuti semua kursus yang ia mau asal dia juga mengikuti kursus yang ibunya mau. Sang kakak juga menyuruh Jendra memutuskan pacarnya karena Jendra masih kelas satu SMA.

Setelah berdebat lama, akhirnya sang kakak pergi karena ada urusan kantor. Di hari itu sebenarnya ada yang ingin si Aku sampaikan kepada sang kakak perihal yang pernah Jendra katakan. Namun, si Aku urungkan niatnya karena bisa saja begitu sang kakak mendengarkan omongannya, ia hanya tertawa dan membuat si Aku marah.

Di adegan akhir diceritakan, pacar si aku yang bernama Mita sedang menangis. Mereka berdua berniat pergi menggunakan pesawat. Namun si Aku tidak sanggup datang dan akhirnya hanya Mita yang berangkat ke bandara. Sebelum berangkat, Mita bertanya "kenapa Jendra bisa melakukan ini semu?" dan dijawab oleh si Aku "sudahlah, nanti kamu terlambat datang ke pemakamannya."

Setelah pacarnya pergi, si Aku membuka laptop dan membuka foto bersama Jendra terakhir saat di pantai. Ia memikirkan perkataan Jendra sepulang dari pantai yang seharusnya ia sampaikan pada kakaknya. Dia berpikir, bagaimana jika sang kakak mendengarkan omongannya dan merubah sikapnya kepada Jendra?

Cerita ini mengangkat masalah yang sering terjadi antara anak dan orang tua. Dimana kemauan anak dan orangtua sering tak sejalan. Menurut saya orang tua tak seharusnya memaksakan semua keinginnya agar dipatuhi oleh sang anak, sang anak juga mempunyai pilihannya sendiri untuk menjalani hidupnya walau harus dibimbing oleh orang tua juga. Dengan adegan meninggalnya Jendra, para pembaca diharapkan sadar bahwa anak bisa tidak kuat apabila terus-terusan ditekan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Cerpen "Penumpang Kelas Tiga" Karya A.A. Navis

Resensi Puisi "Kerendahan Hati" Karya Taufik Ismail