Resensi Cerpen "Penumpang Kelas Tiga" Karya A.A. Navis


“Penumpang Kelas Tiga” merupakan salah satu cerita pendek yang ditulis oleh A.A. Navis dalam buku kumpulan cerita pendeknya yang berjudul Robohnya Surau Kami. Cerita ini bermula ketika Dali dan Nuan bertemu di Kapal Kerinci yang berlayar dari Padang ke Jakarta. Keduanya bertegur sapa saat antri hendak ke Kakus. Saat berbincang dengan Nuan, pikiran Dali pergi jauh menuju masa lalu yang sudah lama terjadi.
Nuan memiliki saudara kembar bernama Nain. Keduanya mempunyai selera wanita yang sama, yaitu Wati, gadis sebelah rumah mereka. Laki-laki idaman pada awal revolusi yaitu prajurit yang pinggangnya tergantung samurai dan kakinya dibalut kaplars. Nuan dan Nain akhirnya mengejar pangkat walaupun harus berpisah pasukan yang berbeda ideologi. Persaingan itu dimenangkan oleh Nuan. Saat itu Nuan mendapat bagian logistik dan Nain ditempatkan di kesatuan tempur di front. Ayah Wati memilih Nuan menjadi suami Wati, karena menurutnya Nuan lebih bisa menjamin kebutuhan hidup Wati dibanding Nain. Walaupun sepertinya Wati menyukai Nain, ia lebih memilih menuruti perkataan ayahnya.
 dan Wati bergumul tanpa sepengetahuan Nuan. Ketika Nain pergi bertugas dan kembali, ia melihat Wati sudaj beranak dua. Merekapun bergumul kembali. Ketika itu, Nuan kalah perang dan ia bertemu Nain yang sudah menjadi kapten. Ia curiga bahwa Nain dan istrinya ada main. Nuanpun sakit hati mengetahui itu. Setelah itu, pemberontakan komunis pecah. Nain yang ikut komunis kalah dan dipenjarakan. Nuan berpikit untuk balas dendam kepada Nain dengan meniduri Inna, istri Nain yang lebih muda dan cantik. Nuan pergi ke kamar Inna dengan nafsu dendam, namun ketika sampai di sana ia termenung melihat Inna yang tersedu keluar kamar dengan membanting pintu. Pikiran Dali terhenti di situ dan kembali berbincang dengan Nuan.
Mereka kini sudah sama-sama tua namun tak sekalipun melupakan apa yang sudah terjadi di masa lalu. Dari kisah tersebut, yang bisa kita petik adalah untuk tidak bersaing tidak sehat dengan saudara sendiri karena persaingan itu dapat memecahkan persaudaraan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Cerpen "Sesaat Sebelum Berangkat" Karya Puthut E.A.

Resensi Puisi "Kerendahan Hati" Karya Taufik Ismail