Resensi Cerpen "Rekayasa Sejarah si Patai" Karya A.A. Navis
"Rekayasa Sejarah Si Patai" meupakan salah satu cerita pendek yang termuat dalam buku kumpulan cerita pendek karya A.A. Navis yang berjudul Robohnya Surau Kami. Cerpen ini mengungkapkan kehidupan masyarakat minangkabau
abad 19-20. Diceritakan seorang anak kecil ingusan yang berlari ketakutan
karena melihat kepala yang dipenggal dan diarak keliling kota. Cerita itu
sampai pada seorang mahasiswa yang sedang mencari bahan skripsi dan mencari
kebenaran kisah tersebut.
Dulu,
Desa Pauh di pinggir utara Padang menjadi sarang penjahat dan para pendekar ada
di sana, dinamakan silat pauh. Patai merupakan seorang pendekar yang paling
disegani. Tidak ada yang berani melaporkan Patai. Lambat laun, semua kasus
perampokan dikatakan Patailah dalangnya. Semenjak itu Patai menjadi buronan
nomor satu. Sebenarnya, Patai pernah ditangkap karena anak Tuanku Laras tebunuh
saat berkelahi kalah dalam judi. Saat dipenjara Patai berguru kepada sesama
tahanan dan melarikam diri. Dendam Tuanku Laras membuat dirinya harus menemukan
Patai.
Patai bersembunyi di Desa Pauh. Di desa itu ada juga yang
bernama Patai, Ujang Patai yang merupakan seorang banci. Jika ada patroli
mencari Patai, Ujang Patailah yang ditunjuk dan kemudian ia ditangkap namun
setelah itu dilepaskan karena salah orang. Residen dan Tuanku Laras terus
berupaya mencari Patai hingga harus memalsukan laporan dan membuat peraturan
wajib pajak. Masyarakat memprotes dan menyerbu kantor polisi dan pos tentera.
Setelah itu, Tuanku Laras mengusulkan agar mengirimkan marsose. Keluarlah
perintah dari betawi agar marsose membantu pencarian Patai, dengan syarat harus
ketemu. Karena jika tidak jabatan yang menjadi taruhannya. Marsose bergerak dengan
cara membunuh seluruh laki-laki yang ada di Desa Pauh.
Seluruh mayat dikumpulkan. Salah satunya terdapat mayat
Ujang Patai dan Patai yang asli tidak ditemukan. Akhirnya disuruhnya kepala
Ujang Patai dipenggal dan diarak keliling kota sebagai tanda keberhasilan
menangkap Patai. Walaupun residen dan Tuanku Lurah tau itu bukan Patai yang
asli. Hal itu dilakukan agar Tuanku Besar di Betawi percaya bahwa mereka sudah
menangkap Patai. Setelah itu, resmi diumumkan bahwa Patai sudah mati.
Sebenarnya, Patai sudah diperingatkan untuk pergi meninggalkan desa. Ia pergi
ke Malaysia dan selamat dari pembantaian di Desa Pauh. Namun masyarakat percaya
bahwa kepala yang terpenggal itu adalah kepala Patai yang asli. Dan cerpen ini
ditutup dengan perkataan Dali, "Palsu tidaknya sejarah lama, tidak akan
merubah dunia sekarang dan nanti".
Dalam budaya Mingkabau , pemimpin adat sangatlah penting
dan utama dari pemerintah. Merekalah yang selalu ada bersama masyarakat dan
menyelesaikan setiap permasalahan dari masyarakat, melindungi dan memberi
solusi kepeda mereka yang menanyakan sesuatu, oleh sebab itu masyarakat
Minangkabau lebih mengutamakan kepala-kepala desa dibandingkan pemerintahan.
Kenyataan yang terjadi dalam cerpen "Rekayasa Sejarah Si Patai" adalah tidak
tercapai nilai-nilai norma yang nyata dalam masyarakat Pauh. Mereka masih
berperilaku sewenang-wenang dan tidak bermusyawarah. Cerpen ini juga terdapat
ketidakpedulian antar masyarakat, mereka akan tetap membunuhnya siapa saja yang mengganggu rencana mereka.
Komentar
Posting Komentar