Resensi Naskah Drama "Lorong" Karya Puthut Buchori




Naskah drama "Lorong" menceritakan orang-orang miskin dan terbelakang yang tinggal di lorong. Suatu hari kawasan kumuh ini terserang virus penyakit. Jambul salah satu warga yang terkena virus tersebut. Lalu datanglah sosok Prantoro yang menjadi penolong Jambul. Tak terduga-duga Prantoro hanya akting menyembuhkan Jambul. Ternyata Prantoro dan antek-anteknya memiliki rencana licik yang ingin memanfaatkan kawasan kumuh beserta warga-warga yang mudah dibodohi itu. Virus penyakit yang tersebar pun disengaja oleh Prantoro dan ialah yang memiliki penawarnya. Prantoro ingin menarik suara warga lorong tersebut agar memilihnya saat pemilu datang. Prantoro juga bekerja sama dengan pengembang untuk menjadikan kawasan kumuh tersebut wisata namun dengan merugikan warga sekitar. Rencana licik tersebut terdengar oleh salah satu warga, Lik Gundul. Lik Gundul menyebarkan informasi tersebut kepada warganya. Warga yang mendengar informasi tersebut jelas marah dan emosi. Akhirnya pada suatu pagi pengembang tersebut mengadakan pertemuan dengan warga. Mereka akting seolah olah akan mengayomi warga, tetapi warga yang tahu itu hanya tipu muslihat merasa emosi. Akhirnya Jambul yang tidak bisa lagi membendung emosi, ia menyerang prantoro dan para pengembang. Namun, jambul dan warga lain yang ikut memberontak ditangkap dan dibakar. Mereka lah orang-orang kecil yang tetap kalah melawan orang-orang yang punya kuasa.

Di naskah tersebut banyak menggunakan bahasa Jawa di dialog antar warga. Terdapat juga kata kasar saat mereka memaki pengembang. Antara Prantoro dan pengembang pun menggunakan Bahasa Indonesia yang tidak baku.

Kesenjangan sosial di naskah drama ini terlihat jelas antara orang-orang miskin dan orang-orang berduit. Dimana orang-orang terbelakang ini walaupun sudah melawan sekuat tenaga, mereka tetap kalah. Orang-orang berkuasa tersebut sangat serakah sehingga ingin mengeruk keuntungan tetapi dengan memanfaatkan orang kecil sehingga orang kecil tersebut harus merasakan ketidakadilan di negeri yang sangat kaya ini.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Cerpen "Sesaat Sebelum Berangkat" Karya Puthut E.A.

Resensi Cerpen "Penumpang Kelas Tiga" Karya A.A. Navis

Resensi Puisi "Kerendahan Hati" Karya Taufik Ismail